islami

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat datang di blog nuansa islami Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa mencurahkan berbagai macam ni'mat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas inayah Allah jugalah kami dapat menyelesaikan pembuatan "Bunga Rampai 5" ini. Sholawat dan salam semoga selalu tersanjung kepada Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang tetap teguh dan istiqomah memegang teguh ajaran beliau hingga akhir zaman. Artikel dan tulisan dalam "Bunga Rampai 5" ini diambil dari berbagai sumber di internet, yang mungkin tidak dapat dikatakan baru lagi, namun demikian kami berfikir bahwa nilai sebuah ilmu tidak akan lekang ditelan perjalanan waktu, sehingga kami berbesar hati dan berharap bahwa apa yang kami buat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Kami menyadari bahwa dengan pengetahuan dan kemampuan kami yang terbatas, sangat memungkinkan terdapatnya kesalahan dan kekurangan dalam "Bunga Rampai 5" ini. Untuk itu kami mohon maaf atas keterbatasan dan kekurangan tersebut.

Sabtu, 04 September 2010

Perkembangan tekhnologi

Berbicara mengenai perkembangan tekhnologi kini kita tidak bisa memungkirinya lagi bahwa pada saat ini kita telah memasuki era tekhnologi. Yaitu dimana hampir semua kegiatan manusia telah mampu di gantikan oleh kecanggihan tekhnologi. Dari beberapa tekhnologi tersebut di antaranya adalah tekhnologi yang bergerak dibidang informasi dan komunikasi. Tekhnogi ini merupakan tekhnologi yang mengalami ke majuan yang sangat pesat. Bahkan dari beberapa Negara majupun terus berlomba- lomba untuk meningkatkan kwalitas tekhnologi yang bergerak di bidang informasi dan komunikasi tersebut.Hal ini di sebabkan karena dari beberapa surve yang di lakukan di sebuah departemen komunikasi di amerika serikat telah menyebutkan bahwa dari tahun 1830 hingga 2008 peminat atau pemakai beberapa jaringan komunikasi mengalami peningkatan yang sangat luar biasa hingga melebihi jumlah penduduk di bumi.

Sebelum kita membahas lebih luas lagi mungkin dari anda ada beberapa yang belum mengetahui sedikit sejarah mengenai tekhnologi informasi. Sekitar 3000 SM Pada awalnya tekhnologi informasi yang di kembangkan manusia pada saat adalah berfungsi sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk yang mereka kenal. Mereka menggambarkan informasi yang mereka dapatkan pada dinding- dinding gua seperti binatang, benda-benda di sekitar mereka dan lain sebagainya.

Namun masa demi masapun terus berlalu dan berbagai pemikiranpun mulai muncul hingga akhirnya mereka bisa menemukan media-media yang lebih maju untuk di gunakan sebagai alat komunikasi seperti kertas, besi dan barang-barang lain yang lebih canggih di bandingkan batu. Bahkan pada tahun 1830an telah berhasil di cipakan program computer yang pertama di dunia oleh Augusta Lady Byron bekerja sama dengan Charles Babbage menggunakan mesin Analytical-nya. Dan alat tersebut di desain mampu memasukkan data, dan menghasilkan bentuk keluaran dalam sebuah kartu. Mesin ini di kenal sebagai bentuk computer digital yang pertama walaupun cara kerjanya lebih bersifat mekanis dari pada bersifat digital, yaitu 94 tahun sebelum computer digital pertama ENIAC 1 di bentuk.

Setelah itu tekhnologi informasipun terus berkembang dari tahun ke tahun hingga tercipta beberapa jaringan yang mampu memudahkan kita dalam berkomunikasi. Yang di antaranya yaitu telah di temukanya jaringan pengirim data pada tahun 1945 oleh Vanebar Bush yang di sebut dengan hypertext.yang saat ini telah di kembangkan menjadi program WEBSITE.

Dan pada tahun 1972 Ray Tomlinson telah berhasil menciptakan alat komunikasi pertama yang di gunakan untuk berkomunikasi jarak jauh dengan menggunakan text. Yaitu di sebut E-mail. Sehingga pada waktu itu E-mail di katakana sebagai surat elektronik. Hingga akhirnya telah di kembangkan media internet yang menjadi andalan nomer satu pada media informasi pada saat ini.

Media Komikasipun terus berkembang seiring berjalanya waktu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah peminat atau pemakai tekhnologi tersebut yang meningkat sangat drastis setiap harinya. Yaitu mulai dari mengakses media pencarian maupun komunikasi di dalam dunia maya. Sehingga pada setiap harinya tidak kurang dari 1000000000 orang mengakses media internet tersebut. Hal ini membuktikan bahwa media internet merupakan sebuah media yang sangat di gemari oleh kalangan masyarakat di seluruh dunia.

Tekhnologi tersebut kenapa sangat di minati oleh berbagai kalangan masyarakat di seluruh dunia? Karena kemajuan tekhnologi tersebut pada saat ini bias di operasikan secara bersamaan meskipun berada di lokasi yang cukup jauh dan mempermudah dalam berkomunikasi. Tapi dari hal tersebut tekhnologi juga memiliki dampak negative yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat yaitu dari rasa ketergantungan terhadap tekhnologi, hakikat kejujuran manusia yang susah untuk di pertanggung jawabkan ketika berada di ruang imternet dan lain sebagainya.

Penulis : Nendro
Sumber : Berbagai Media

Baca selengkapnya......

Selasa, 27 Juli 2010

Cintai Aku Hari Ini


Hari ini mungkin akan ada tangis lagi. Walau sampai habis air mata, tapi tak mengapa. Karena aku mengiba cinta.

Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat? Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.
Kemarin, saya melihat seorang anak menangis di hadapan ibunya. Ia sepupu saya sendiri. Beberapa menit sebelum tangisannya, si ibu memarahinya. Dan hampir juga memukuli. Baru kutahu bahwa si ibu telah meninggalkannya seharian penuh. Entah ke mana. Ia ditinggal di rumah hanya berdua dengan pembantu. Seperti biasa setiap kali ibunya pergi. Ibunya berkata, ia makin hari makin nakal. Baginya, bila ia telah sanggup menyampaikan rasa, hari itu ia rindu ibu.

Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah adanya.

Beberapa waktu lalu, saya pernah berselisih dengan seorang sahabat yang telah saya kenal semenjak sepuluh tahun lamanya. Menurut saya, ia telah melakukan kesalahan, dan saya menegurnya. Menurutnya, ia hanya mengikuti kata hatinya, dan tak rela atas teguran saya.

Saat itu saya berpikir, kalau hari itu tak saya tegur ia, maka saya telah berdosa karena telah membiarkannya larut dalam perasaannya sedang ia tak memperhatikan lagi batas perilakunya. Saya tak lagi sempat berpikir bahwa mungkin saja ia telah salah menangkap maksud saya. Padahal saya hanya ingin memberitahunya sesuatu, bahwa saya cinta. Semua perkataan saya, adalah cinta saya kepadanya.

Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa, sedang hati telah terguratkan olehnya.

Ada seorang istri yang marah pada suaminya. Setiap kalimat yang keluar darinya, tak lain hanyalah cercaan belaka. Ia berkata, tak lagi ada rasa percaya. Kita yang mendengarnya, mungkin akan berpikir bahwa ia tak lagi cinta. Tetapi nyatanya tak seperti itu. Sebab waktu akan membuktikan bahwa rasa itu tetap ada. Saat suaminya jatuh sakit, terlihat dari kecemasannya. Saat suaminya terlelap lelah dalam tidurnya, ia memperhatikan dan setia di sampingnya.

Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah terpendam jauh di pelosok kalbu.

Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat dengan diri kita.

Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa, bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala pinta tersampaikan lewat doa?

Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari hati,
Ya Allah, cintai aku hari ini...

DH. Devita
Nendro

Baca selengkapnya......

Rabu, 07 Juli 2010

Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam Berhijrah (1)

Tatkala keputusan keji untuk membunuh Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam telah diambil, turunlah malaikat Jibril membawa wahyu Rabb-nya, memberitahukan kepada beliau perihal persekongkolan kaum Quraisy tersebut dan idzin Allah kepada beliau untuk keluar dari Mekkah (berhijrah). Jibril telah menentukan momen hijrah tersebut sembari berkata, "Malam ini, kamu jangan berbaring di tempat tidur yang biasanya."
Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bertolak ke kediaman Abu Bakar di tengah terik matahari untuk bersama-sama menyepakati tahapan hijrah. 'Aisyah radliyallâhu 'anha berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk di kediaman Abu Bakar pada siang hari nan terik, tiba-tiba ada seseorang berkata kepada Abu Bakar, "Ini Rasulullah datang dengan menutup wajah (bertopeng) pada waktu yang tidak biasa beliau mendatangi kita."

Abu Bakar berkata, "Ayah dan ibuku sebagai tebusan untuknya!, demi Allah! Beliau tidak datang di waktu-waktu seperti ini kecuali karena ada perintah (Allah)."

'Aisyah melanjutkan, "Lalu Rasulullah datang dan meminta idzin masuk, lantas diidzinkan dan beliaupun masuk. Kemudian Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam berkata kepada Abu Bakar, "Keluarkan orang-orang yang ada di sisimu!."

Abu Bakar menjawab, "Mereka hanyalah keluargamu, wahai Rasulullah!."
Beliau berkata lagi, "Sesungguhnya telah diidzinkan kepadaku untuk keluar (berhijrah)."
Abu Bakar berkata, "Engkau ingin ditemani, wahai Rasulullah?."
Beliau menjawab, "Ya."

Dan setelah disepakati rencana hijrah tersebut, Rasulullah pulang ke rumahnya menunggu datangnya malam.

Blokade Terhadap Kediaman Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam

Para penjahat kelas kakap Quraisy, menggunakan waktu siang mereka untuk mempersiapkan diri guna melaksanakan rencana yang telah digariskan berdasarkan kesepakatan Parlemen Mekkah "Dâr an-Nadwah" pada pagi harinya.

Untuk esksekusi tersebut, dipilihlah sebelas orang pemuka mereka, yaitu:
Abu Jahal bin Hisyam
al-Hakam bin Abil 'Ash
'Uqbah bin Abil 'Ash
an-Nadlar bin al-Hârits
Umayyah bin Khalaf
Zam'ah bin al-Aswad
Thu'aimah bin 'Adiy
Abu Lahab
Ubay bin Khalaf
Nabih bin al-Hajjaj

Dan Munabbih bin al-Hajjaj, saudaranya Ibn Ishaq berkata, "Tatkala malam telah gelap, merekapun berkumpul di depan pintu rumah beliau sembari mengintai kapan beliau bangun sehingga dapat menyergapnya."

Kebiasaan yang selalu Rasulullah lakukan adalah tidur di permulaan malam dan keluar menuju Majid Haram setelah pertengahan atau dua pertiganya untuk shalat di sana.

Mereka percaya dan yakin benar bahwa persekongkolan keji kali ini akan membuahkan hasil. Hal ini membuat Abu Jahal berdiri tegak dengan penuh keangkuhan dan kesombongan. Dia berkata kepada para rekannya yang ikut memblokade dengan nada mengejek dan merendahkan, "Sesungguhnya Muhammad mengklaim bahwa jika kalian mengikuti ajarannya, niscaya kalian akan dapat menjadi raja-diraja bangsa Arab dan asing sekaligus. Kemudian kelak kalian akan dibangkitkan setelah mati, lalu dijadikan bagi kalian surga-surga seperti suasana sorgawi di lembah-lembah al-Urdun (Yordania). Jika kalian tidak mau melakukannya, maka dia akan menyembelih kalian, kemudian kalian dibangkitkan setelah mati, lalu dijadikan bagi kalian api yang membakar."

Tanggal main eksekusi persekongkolan tersebut adalah setelah pertengahan malam saat beliau biasa keluar dari rumah. Mereka melewati malam tersebut dengan berjaga-jaga sembari menunggu pukul 00.00. Akan tetapi, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, di tangan-Nya lah urusan lelangit dan bumi, Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya, Dia-lah Yang Maha Melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi selain-Nya. Dia telah menetapkan janji yang telah difirmankan-Nya kepada Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam setelah itu, yang berbunyi (artinya):

"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (Q.,s. al-Anfâl:30)

Rasulullah Meninggalkan Rumahnya

Sekalipun persiapan yang dilakukan oleh kaum Quraisy untuk melaksanakan rencana keji tersebut sedemikian ekstra, namun mereka tetap mengalami kegagalan yang memalukan. Pada malam itu, Rasulullah berkata kepada 'Aliy bin Abi Thalib, "Tidurlah di tempat tidurku, berselimutlah dengan burdah hijau yang berasal dari Hadlramaut, milikku ini. Gunakanlah untuk tidurmu, sebab tidak akan ada sesuatupun yang engkau benci dari mereka yang mampu menjangkaumu."

Bila akan tidur, biasanya Rasulullah selalu memakai burdah nya tersebut. Malam itu, 'Aliy bin Abi Thalib radliyallâhu 'anhu tidur di atas ranjang dan kediaman Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.

Sementara Rasulullah telah berhasil keluar dan menembus barisan-barisan mereka. Beliau memungut setumpuk tanah dari al-Bathhâ`, lalu meneburkannya ke arah kepala mereka. Ketika itu, Allah telah mencabut pandangan mereka dari melihat beliau sehingga tidak dapat melihat beliau. Sedangkan beliau membaca firman-Nya: "Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (Q.,s.Yâsîn:9)

Tidak ada seorang pun yang tersisa. Semuanya beliau taburkan tanah di atas kepalanya. Lalu beliau berlalu menuju kediaman Abu Bakar, kemudian keduanya keluar melalui pintu kecil (celah kecil di bagian belakang) rumah Abu Bakar pada malam hari hingga tembus ke Gua Tsaur yang menuju ke arah ke Yaman.

Para pemblokade tetap menunggu hingga tiba pukul 00.00 dan menjelang tiba waktu tersebut, tanda-tanda kesia-siaan dan kegagalan sudah nampak bagi mereka. Seorang laki-laki yang tidak ikut-serta dalam pemblokadean tersebut datang dan melihat mereka sedang berada di pintu rumah beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam. Lalu dia menanyai mereka, "Apa gerangan yang kalian tunggu?." Mereka menjawab, "Muhammad."

Dia berkata, "Sungguh telah sia-sia dan merugilah kalian. Demi Allah, dia telah melewati kalian dan menaburkan tanah ke atas kepala-kepala kalian, lalu pergi memenuhi hajatnya."

Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak melihatnya!." Sembari mengibas-ngibaskan tanah yang menempel di kepala-kepala mereka.

Akan tetapi mereka mengintip dari arah pintu dan melihat 'Aliy (mereka mengiranya Muhammad-red.,). Lalu berkata, "Demi Allah, sesungguhnya ini adalah Muhammad yang sedang tidur dan masih memakai burdah-nya."

Merekapun masih tetap menunggu hingga pagi menjelang. 'Aliy bangun dari tempat tidur. Melihat hal ini, mereka menjadi linglung lalu menanyainya perihal Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam. Dia menjawab, "Aku tidak mengetahui tentangnya."

Perjalanan Dari Rumah Menuju Gua

Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam meninggalkan rumah beliau pada malam tanggal 27 shafar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan tanggal 12/13 september tahun 622 M. Lalu menuju kediaman rekan setianya, Abu Bakar radliyallâhu 'anhu - sementara kaum Muslimin mendoakan keaman perjalanan dan hartanya-. Kemudian kedua-duanya meninggalkan rumah Abu Bakar tersebut dengan melewati pintu belakang lantas bersama-sama keluar dari Mekkah secepatnya sebelum fajar terbit.

Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy akan berupaya keras untuk mencarinya dan jalan yang pertama kali akan disisir oleh mereka adalah jalan utama kota Madinah yang menuju ke arah utara. Oleh karena itu, beliau memilih jalan yang berlawanan arah sama sekali, yaitu jalan yang terletak di selatan Mekkah, yang menuju ke arah Yaman. Beliau menempuh jalan ini sepanjang 5 mil, hingga akhirnya sampai ke sebuah bukit yang dikenal dengan bukit Tsaur. Ia adalah bukit yang tinggi, jalannya terjal, sulit didaki dan banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam lecet (karena tanpa sandal). Ada riwayat yang menyebutkan, bahkan ketika berjalan di jalur tersebut, beliau bertumpu pada ujung-ujung kaki agar jejak perjalanannya tidak tampak, karenanya kedua kaki beliau jadi lecet. Apapun kondisinya, beliau kemudian harus diemban oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit. Dan, Abu Bakar mulai memeganginya dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di puncak bukit yang di kemudian hari dikenal oleh sejarah dengan nama Gua Tsur. Bersambung

Baca selengkapnya......

Senin, 05 Juli 2010

Imam Sholat Yang Ideal

Sesungguhnya imam shalat mempunyai keutamaan dan tempat yang agung dalam Islam, terutama dalam pembinaan umat. Untuk itu Islam telah meletakkan syarat-syarat dan beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh seorang imam sebelum ia memimpin umat dalam shalat. Diantara dalil yang menjelaskan keutamaan imam ialah sabda Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “Apabila telah datang waktu shalat agar ber’adzan salah satu dari kamu dan agar menjadi imam yang paling besar (tua) dari kamu”. (HR. Al-Bukhari) Beliau ucapkan agar yang menjadi imam diantara mereka yang paling tua, karena rata-rata hafalan dan pengetahu-an para sahabat pada waktu itu sama, dan ini merupakan dalil yang jelas dari keutamaan imam. Dalil kedua yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir Aljuhani, dia telah mendengar Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa mengimami suatu kaum, maka apabila sempurna (meng-imami shalat), maka baginya pahala sempurna shalat, begitu juga bagi makmum, namun jika ia (imam) tidak menyempurnakan maka bagi makmum pahala yang sempurna (shalatnya sah), tetapi atas imam itu dosa”. (HR. Imam Ahmad). Dan masih banyak hadits-hadits shahih yang menjelaskan keutamaan imam.
Yang Berhak Menjadi Imam

Banyak hadits shahih yang menjelaskan kepada kita siapa yang berhak menjadi imam, memimpin shalat kaum muslimin, diantaranya hadits berikut ini: “Apabila mereka tiga orang, agar memimpin salah satu dari mereka (dalam shalat) dan yang paling berhak dari mereka untuk memimpin yaitu yang paling banyak hafalannya dari mereka.” (HR. Muslim). Dan dalam hadits lain dari Abu Mas’ud Al-Anshari dijelaskan bahwa Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an yang akan menjadi imam kaumnya. Bila kepandaian mereka dalam baca Al-Qur’an sama maka yang paling mengerti tentang sunnah. Bila pengertian mereka tentang sunnah sama maka yang paling dahulu hijrah. Bila waktu berhijrah bersamaan maka yang paling dahulu masuk Islam.” Dan dalam riwayat lain: “Yang paling tua.” (HR. Al- Bukhari)

Dari hadits di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa yang paling berhak menjadi imam ialah orang yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya dan mengetahui hukum-hukum syar’i dan memahaminya terutama dalam masalah thoharoh dan shalat. Karena kalau kita mau menoleh ke zaman sahabat Nabi, mereka mempelajari Al- Qur’an mulai dari cara membaca yang benar dan mempelajari ilmu serta mengamalkan-nya, maka terkumpul pada diri mereka ilmu dan amal perbuatan tidak hanya cukup menghafalkan saja seperti yang terjadi pada zaman kita sekarang ini, berapa banyak orang yang hafal Al-Qur’an mantap bacaannya dan bagus suaranya, akan tetapi tidak benar dan tak faham hukum-hukum tentang shalatnya dan tidak lurus aqidahnya.

Selanjutnya apabila dalam hafalan sama maka diantara mereka mana yang paling mengerti tentang sunnah, maka apabila sama pengetahuannya tentang sunnah dan tidak ada hijrah maka baru diambil dari mereka yang paling tua.Jadi, seorang imam diangkat bukan karena jabatannya di masyarakat yang tinggi atau terpandang. Dan seorang imam itu tidak harus keturunan Ulama’ atau orang yang paling dekat dengan masjid, akan tetapi seorang imam diangkat karena kecakapannya dalam agama, agar dapat membawa kebaikan-kebaikan pada umat di dunia sampai di akhirat.

Sifat-Sifat Imam

Sesungguhnya imam masjid/mushalla mempunyai pangkat yang besar dan tempat yang tinggi dalam masyarakat Islam. Bukti dari itu semua bahwasanya imam pertama bagi kaum muslimin yaitu Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam sebagai qudwah dan hakim yang adil, panglima yang pemberani, seorang guru dan khatib. Untuk itu seorang imam masjid yang dipilih mestinya memiliki sifat-sifat yang menjadi keharusan baginya, agar terwujud maslahat umat Islam dari tugas yang agung ini dan agar membawa peranan yang positif dalam menyebar-kan kebaikan di masyarakat sebagaimana imam pertama umat Islam Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun diantara sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh imam masjid/mushalla antara lain:
1. Seorang imam memiliki hafalan yang cukup dari Al-Qur’an, dan benar bacaannya. Apabila hafal Al-Qur’an seluruhnya maka itu lebih sempurna dan lebih bagus, karena bacaan Al-Qur’an yang dibaca waktu-waktu shalat manfaatnya besar sekali. Sebagaimana dia dapat memberi nasehat kepada makmum atau seseoarang dengan mudah dan sekaligus dapat mengingat-kan mereka tentang hukum-hukum bacaan Al-Qur’an dari ayat-ayat yang dibacanya. Tetapi apabila imam tersebut hanya memiliki hafalan sedikit dari surat-surat yang pendek, maka terhalanglah orang-orang yang shalatnya di belakangnya untuk mendapatkan kebaikan yang banyak. Pentingnya sifat ini dijelaskan sabda Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “(Agar) mengimami suatu kaum yang paling banyak bacaan Al-Qur’an dari mereka.” (HR. Muslim).

Di samping seorang imam harus hafalan Al Qur’annya banyak, dia juga harus memahami sunnah Rasul secara khusus, yang berhubungan dengan hukum-hukum thoharoh dan shalat. Terutama hal tersebut dikuatkan dengan sabda Rasululloh yang artinya: “Apabila mereka sama dalam bacaan (hafalan) maka dahulukan dari mereka yang paling faham dengan sunnah”. (HR. Ahmad)

Mengapa mengetahui sunnah juga menjadi sifat dari seorang imam? Karena shalat mempunyai syarat-syarat dan rukun-rukun, hal-hal yang wajib, sunnah-sunnah dan hal-hal yang membatalkannya, yang mesti harus di fahami dan dimengerti oleh seorang imam agar ia betul-betul melakukan tugasnya dengan benar sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah. Bila seorang imam tidak memahami perkara-perkara ini, yang terjadi mungkin dia akan melakuan sesuatu ibadah tanpa ilmu atau ia jatuh dalam perbuatan dosa, semoga Allah jauhkan kita dari perbuatan itu. Untuk itu seorang imam harus membekali diri dengan ilmu agar dapat memimpin shalat dengan benar dan sempurna dan mendapat pahala dan selamat dari dosa.
2. Bersuara bagus dalam membaca Al-Qur’an dengan harapan agar dapat memberi bekas bagi yang mendengar-nya dan makmum tidak bosan mendengarkannya. Sebagaimana Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam senang kepada suara bagus dalam membaca Al Qur’an, Untuk itu Rasululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Musa Al-Asyari rodhiallaahu anhu yang artinya: “Hai Abu Musa sungguh engkau telah diberi seruling dari seruling keluarga Daud (suara bagus)”, dan beliau bersabda: “Allah tidak mende-ngarkan pada sesuatu seperti mendengar-kannya kepada Nabi yang bersuara bagus yang memperindah suaranya dalam bacaan Al-Qur’an seraya menjaharkan-nya”. (HR. Al-Bukhari)
3. Seorang imam harus beraqidah yang benar, apalagi dia seorang khatib, supaya bisa menjelaskan kepada kaum muslimin dan juga mengetahui aliran-aliran yang bathil untuk dijelaskan kepada mereka apa yang menjadi sarananya agar umat Islam bisa menjauhinya dan terjaga kemurnian aqidahnya. Dan hendaknya imam itu adalah seorang yang mulia, istiqamah, lunak hatinya, shaleh dan bersih hidupnya dan bisa menajaga diri dari perbuatan ma’siat, karena yang demikian itu dapat memudahkannya untuk diterima nasehat dan petunjuknya di masyarakat.
4. Apabila dia seorang imam masjid Jami’, dia harus mempunyai kemampuan berceramah yang bisa membekas bagi yang mendengarkan, kuat suaranya dan bagus penyampaiannya.
Karena begitu besar peranan imam dalam pengembangan da’wah Islam dan pembinaan umat, maka sudah saatnya para imam masjid atau mushalla untuk membenahi diri dari kekurangannya dan membekali diri dengan ilmu yang cakap agar tugasnya yang mulia bisa membawa kepada kebaikan umat dan agama dan akhirnya mendapat balasan baik disisi Alloh di akhirat kelak. Amin.

Baca selengkapnya......

Minggu, 04 Juli 2010

Amanah

Sesungguhnya KAMI telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka mereka semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka dipikullah amanh itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh...” (QS 33/72)
MAKNA AMANAH
1. Secara Bahasa : Bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan).

2. Secara Definisi : Seorang muslim memenuhi apa yg dititipkankan
kepadanya. Hal ini didasarkan pd firman ALLAH SWT : “Sesungguhnya ALLAH
memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan2 kepada yg memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dg adil ... (QS 4/58)

Maka yg termasuk amanah bukan hanya dlm hal materi atau hal yg
berkaitan dg kebendaan saja, melainkan berkaitan dg segala hal, seperti
memenuhi tuntutan ALLAH adalah amanah, bergaul dg manusia dg cara yg terbaik adalah amanah, demikian seterusnya.

DALIL-DALIL SYARIAT

1. Al-Qur’an: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan
QS 2/283; 8/27; 23/8; 70/32.

2. As-Sunnah :

a. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat, seorang pemimpin
pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang
rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban tentang rumahtangga suaminya serta anak2nya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.” (HR Muttafaq ‘alaih, dalam Lu’lu wal Marjan hadits no. 1199)

b. “Ada 4 perkara yg jika semuanya ada pd dirimu maka tdk
berbahaya bagimu apa yg terlepas darimu dlm dunia : Benar ketika berbicara,
menjaga amanah, sempurna dlm akhlaq, menjaga diri dari meminta.” (HR
Ahmad dalam musnadnya 2/177; Hakim dalam al-Mustadrak 4/314 dari Ibnu Umar ra; berkata Imam al-Mundziri ttg hadits ini : Telah meriwayatkan Ahmad,
Ibnu Abi Dunya, Thabrani, Baihaqi dg sanad yg hasan, lih. At-Targhib wa
Tarhib 3/589)

HUBUNGAN AMANAH DG KEIMANAN

1. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda
hilangnya keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dlm diri seseorang.
Sabda nabi SAW : “Tdk ada iman pd orang2 yg tdk ada amanah dlm dirinya,
dan tdk ada agama pd orang yg tdk bisa dipegang janjinya.” (HR Ahmad
3/135, Ibnu Hibban dlm shahihnya Mawarid azh-Zham’an-47, al-Bazzar dlm
musnadnya Kasyful Astar-100, lih. Juga dlm Albani Shahih Jami’
Shaghir-7056)

2. Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yg salah satu cirinya
adalah dipegangnya amanah oleh yg orang2 bukan ahlinya dlm masalah tsb.
Sabda nabi SAW : “Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah
tibanya Kiamat.” Kata para sahabat ra : Bagaimanakah disia-siakannya wahai
rasuluLLAH? Jawab nabi SAW : “Ketika suatu urusan dipegang oleh yg
bukan ahlinya maka tunggulah tibanya Kiamat.’” (HR Bukhari dalam Fathul
Bari’ hadits no. 59 dan 6496)

3. Hilangnya Amanah Terjadi Bertahap, sbgm sabda nabi SAW :
“Seorang tertidur maka hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam,
lalu ketika ia tertidur lagi maka hilanglah amanah tsb bagaikan
bekas/jejak, demikianlah seterusnya sampai tdk ada lagi amanah dihatinya, dan
tdk ada lagi di hati manusia, sehingga mereka tdk menemukan lagi orang
yg amanah. Maka berkatalah sebagian mereka : Di tempat anu masih ada
seorang yg bisa dipercaya. Sampai dikatakan kepada seseorang : Ia tdk bisa
dipegang, tdk berakal, tdk ada dihati mereka sebesar biji sawi dari
keimanan.” (HR Muslim dalam Mukhtashar Shahih Muslim hadits no. 2035)

JENIS2 AMANAH
Islam adalah agama yg sempurna, ia adalah sistem yg mencakup
IPOLEKSOSBUDHANKAM (Idiologi, POLitik, Ekonomi, SOSial BUDaya serta pertaHANan dan KeAManan). Islam tidak hanya bicara aqidah atau ibadah saja melainkan ia adalah sebuah sistem yg paripurna mencakup aqidah dan ibadah, agama dan negara, peradaban dan pedang.

Oleh karenanya maka amanah yg dibebankan ALLAH SWT atas seorang muslim adalah mengarahkan semua sistem di atas agar sesuai dg aturan ALLAH
SWT, dan membebaskan manusia dari penyembahan manusia atas manusia dlm seluruh aspek kehidupan menuju penyembahan kepada ALLAH SWT saja, tiada
sekutu bagi-NYA, untuk-NYA kita beramal dan kepada-NYA kita akan kembali.

Oleh karena itu maka amanah yg diberikan kepada manusia adalah sbb :

1. Amanah Fithrah : Yaitu amanah yg diberikan oleh Sang Pencipta
SWT sejak manusia dlm rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam
azali, yaitu mengakui bahwa ALLAH SWT sbg RABB/Pencipta, Pemelihara dan
Pembimbing (QS 7/172).

Baca selengkapnya......

Antara Nasyid dan Alqur'an

Tak ada syair yang seindah Al Qur’an karena ia dibuat dengan kalam ALLAH swt. Seindah apapun bait kata dalam nasyid yang ditujukan untuk menggugah ghirah seorang muslim, namun sungguh tak dapat menyaingi ghirah yang ditimbulkan karena melantunkan ayat-ayat ALLAH..., Al-Qur’an.Di zaman ini..,begitu banyak nasyid yang didendangkan oleh kaum muslimin. Dari nasyid perjuangan, cinta illahi hingga samara. Dari nasyid yang bermusik bombastis hingga hanya syairnya saja. Semua itu ditujukan untuk menghibur hati… namun sudah seharusnya bagi orang-orang beriman.., hiburan tertinggi untuk mereka adalah Al Qur’an karena Al Qur’an dapat menjadi penawar bagi hati yang sedang sakit.

“Dan, Kami turunkan Al Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. “ (QS.Al Isra : 82 )

Nasyid digunakan sebagai alat untuk berda’wah dan juga hiburan. Tidak ada salahnya bernasyid, namun terkadang kita terlalu berlebihan dalam bernasyid. Lihatlah…, mengapakah hafalan nasyid kita lebih banyak dari hafalan Al Qur’an? Mengapakah intensitas mendengar nasyid kita lebih banyak ketimbang mendengar Al Qur’an? Kita sering menyanyikan nasyid…namun sedikit sekali melantunkan Al Qur’an.

Kita dapat dengan bangga menyanyikan nasyid “ Tekad” dari Izzis, misalnya, namun jarang dengan ghirah tinggi melantunkan surat Al Anfal. Kita sering dapat menitikkan air mata dan tertegun bila mendengar nasyid bernada sendu seperti “ Taubat” dari Ar Royyan, namun jarang sekali kita menitikkan air mata kala melantunkan QS. Al Baqarah: 284-286…

Ya Rabbi.. ampunilah kami jika kami bersalah dan tidak tergetar hati kami ketika di sebut asma-MU…

Astaghfirullah…

penulis: jundullah

Baca selengkapnya......

Sabtu, 03 Juli 2010

Keberanian dan Sentuhan keberkahan

Daya cipta material adalah kekuatan. Pengorbanan adalah kekuatan. Tapi apa yang dilakukan seorang pahlawan mukmin jika harta dan sarana yang diciptakannya, dan ingin dikorbankannya di jalan cita-citanya, ternyata tidak sampai memenuhi total kebutuhannya? Itu adalah sisi kepahlawanan yang lain. Apa yang teruji dalam situasi itu adalah seberapa percaya ia kepada dirinya sendiri, kepada cita-citanya, kepada Allah, di tengah semua keterbatasan itu, seberapa 'nekat' ia melawan tekanan keterbatasan itu, seberapa cerdas ia mensiasati keterbatasan itu, seberapa efesien ia dalam keseluruhan hidupnya.

Melahirkan sebuah karya kepahlawanan di tengah keterbatasan itu adalah kepahlawanan yang lain. Tapi ini memaksa kita mencari penafsiran, yang lebih utuh, tentang semua faktor yang mempengaruhi proses penciptaan karya kepahlawanan tersebut. Pertanyaannya adalah, jika kecukupan sarana dan harta terhadap kebutuhan penciptaan karya kepahlawanan tidak seimbang, maka faktor apakah yang menjelaskan lahirnya karya tersebut?

Berkah. Inilah rahasianya! Semua arti berkah bertemu pad a makna pertumbuhan dan pertambahan. Berkah terjadi pad a waktu, ilmu dan harta. Intinya: produktivitas yang tercipta dari waktu, ilmu dan harta melampaui nilai nominalnya. Berkah terjadi pad a sesuatu yang sedikit namun menghasilkan banyak.

Inilah yang terjadi pad a Thalut ketika melawan jalut. Ini yang terjadi pada Rasulullah SAW di hampir semua pertempurannya. Ini yang terjadi pada Umar bin Khattab sa at meruntuhkan Persi dan merebut banyak wilayah Romawi. Inilah yang terjadi ketika Shalahuddin merebut kembali Palestina dari tangan pasukan salib. Inilah yang terjadi pada Muzaffar Quthuz ketika merontokkan serangan pasukan Tartar dalam pertempuran Ain jalut.

Tapi dari manakah datangnya berkah? Berkah adalah karunia Ilahiyah -yang biasanya- diberikan pada puncak spiritualitas seorang pahlawan mukmin; pada puncak keikhlasannya, kejujurannya, keberaniannya, tawakkalnya, kesungguhannya; pada puncak dimana ia melakukan segalanya secara habis-habisan.

Sebab kita, kata Umar dalam sebuah suratnya kepada Amru Bin Ash di Mesir, tidak akan pernah sanggup mengalahkan orang-orang kafir dengan kecukupan sarana dan banyaknya jumlah tentara kita. Kita hanya dapat mengalahkan mereka karena kita beriman dan mereka kafir, karena kita bertakwa sementara mereka bermaksiat.

Berkah adalah rahasia para pahlawan mukmin; rahasia yang menjelaskan hukum tentang yang sedikit namun menghasilkan banyak; rahasia tentang kerja aqidah dan iman dalam dunia materi kita.

Baca selengkapnya......

Map